Los Angeles, California — Kebakaran hutan yang melanda wilayah Los Angeles, California, telah menimbulkan kerugian besar dengan lebih dari 1.000 bangunan terbakar dan hampir 40.000 orang menerima perintah evakuasi.
Dalam hitungan jam, kebakaran yang disebabkan oleh suhu tinggi, kekeringan, dan pengelolaan lahan yang buruk telah meluas hingga 15.000 hektar. Namun, kontroversi muncul ketika kelompok aktivis sayap kiri, Code Pink, mengaitkan bencana tersebut dengan konflik di Gaza.
Dalam unggahan di media sosial, Code Pink, yang dikenal sebagai kelompok anti-militer dan pro-lingkungan, menyatakan bahwa kebakaran hutan di California adalah “balasan” bagi Amerika Serikat (AS) yang dianggap mendanai Israel dalam membakar Jalur Gaza. Mereka mengklaim bahwa “ketika pajak AS digunakan untuk membakar orang hidup-hidup di Gaza, kami tidak heran ketika kebakaran itu terjadi di rumah.”
Tindakan tersebut mendapat respons keras dari banyak pihak. Aktivis Code Pink, Olivia DiNucci, yang memimpin protes di luar kantor Senator Alex Padilla di California, memanfaatkan kebakaran hutan sebagai platform untuk mengkritik kebijakan AS yang mendukung Israel dalam konflik Gaza. DiNucci menghubungkan kehancuran lingkungan yang terjadi di California dengan apa yang ia sebut sebagai “polarisasi global” yang disebabkan oleh kebijakan luar negeri AS.
“Kami menarik persamaan di mana orang-orang di komunitas-komunitas di California dievakuasi dari rumah mereka, dan orang-orang di Gaza telah dievakuasi dari rumah mereka selama 15 bulan terakhir,” kata DiNucci dalam protes tersebut. Ia lebih lanjut menekankan bahwa dana federal AS seharusnya dialokasikan untuk penanggulangan perubahan iklim, perawatan kesehatan, dan perumahan, alih-alih mendukung kebijakan luar negeri yang memperburuk kondisi lingkungan dan memperpanjang konflik di Gaza.
Namun, klaim Code Pink segera menuai kecaman. Banyak yang menilai kelompok ini sedang mengeksploitasi tragedi kebakaran hutan untuk mendorong agenda politik mereka. Komentator Joel M. Petlin menyatakan, “Kebakaran berkobar di Los Angeles, dan ribuan orang kehilangan rumah mereka. Tentu saja, Code Pink membahasnya di gedung Kongres dengan, ‘Bagaimana kita bisa membuat ini semua tentang Gaza?’”
Kritikus lainnya menyebutkan bahwa aksi Code Pink merupakan “perampasan bencana,” dengan mengorbankan penderitaan warga California untuk memperkenalkan ide-ide politik mereka yang cenderung radikal.
Kebakaran hutan yang melanda California memang menjadi perhatian serius karena dampak lingkungannya yang luas. Namun, analisis menunjukkan bahwa kebakaran ini lebih dipengaruhi oleh faktor alam seperti kekeringan dan suhu ekstrem, serta pengelolaan lahan yang kurang baik. Selama bertahun-tahun, negara bagian tersebut menghadapi tantangan dalam mengelola hutan dan lahan gambut, yang memperburuk risiko kebakaran besar.
Seiring dengan kontroversi yang berkembang, Code Pink, yang sebelumnya dikenal sebagai gerakan anti-perang, kini semakin sering menghubungkan konflik global dengan isu lingkungan. Meskipun kelompok ini memiliki dukungan dari sejumlah aktivis perdamaian, banyak yang menganggap bahwa taktik yang digunakan oleh Code Pink berpotensi merusak fokus pada penanggulangan bencana dan pemulihan lingkungan di California.
Dari laporan BBC, lebih dari 1.000 bangunan telah dilalap api, dengan kerusakan yang sangat besar, terutama di wilayah Los Angeles. Sementara itu, kebakaran yang meluas dengan cepat menyebabkan ketegangan dan kekhawatiran di kalangan penduduk setempat, yang kini harus menghadapi evakuasi masal.
Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bagaimana bencana alam dan tragedi manusia sering kali dijadikan alat untuk memajukan agenda politik. Namun, apakah cara ini akan mendapatkan dukungan atau malah menambah perpecahan, hanya waktu yang akan memberi jawabannya. **