WAWONII — Gemuruh tawa dan sorak gembira menghangatkan pelataran Gereja Stasi Santo Matius Penginjil, Wawo Indah, Kecamatan Wawonii Tengah, Jumat (27/12/2024). Perayaan Natal kali ini terasa lebih istimewa, bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi masyarakat lintas iman yang turut hadir dalam kegiatan syukur bertajuk “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem.”
Diselenggarakan oleh PT Gema Kreasi Perdana (GKP) bersama Pemuda Katolik Komisariat Konawe Kepulauan (Konsep), acara ini menjadi momentum berharga untuk mempererat kebersamaan di tengah keberagaman. Hadir dalam kegiatan tersebut, perwakilan lintas agama, pemerintah setempat, dan jajaran manajemen PT GKP. Nama-nama seperti Camat Wawonii Tengah, pemangku umat Hindu, tokoh agama Islam, hingga pembina agama Katolik Provinsi Sulawesi Tenggara turut mewarnai malam penuh syukur ini.
“Natal ini tidak hanya untuk umat Katolik. Kami ingin menjadikannya sebagai sarana memperkuat komunikasi lintas iman dan keyakinan,” ujar Yustinus Nong Roja, Ketua Pemuda Katolik Gereja Santo Matius. Dengan semangat inklusif, panitia mengundang tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan. Dukungan penuh dari PT GKP semakin memastikan keberlangsungan acara yang hangat dan harmonis.
Made Fitriansyah, Manajer Eksternal Relation PT GKP, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan di bidang sosial keagamaan. “Kami selalu mendukung kegiatan keagamaan, baik itu Lebaran, Natal, atau perayaan lainnya. Ini adalah prioritas CSR kami untuk mendukung keberagaman dan kebinekaan,” tutur Made.
Lebih lanjut, Made menekankan bahwa keberagaman masyarakat Wawonii adalah aset yang berharga. “Meski mayoritas masyarakat di sini beragama Islam, mereka sangat terbuka terhadap siapa pun, dari suku, budaya, dan agama apa pun. Ini mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman,” tambahnya.
Acara sederhana ini terasa meriah dengan berbagai penampilan hiburan dan seni tradisional. Pembukaan kegiatan diwarnai tarian Hegong, sebuah tarian khas Maumere, Flores, yang diiringi gong Waning yang dibawa langsung dari daerah asalnya. Para remaja Stasi Santo Matius juga mempersembahkan paduan suara dengan balutan kain tenun Nusa Tenggara Timur, menghadirkan suasana yang sarat akan nilai budaya.
Kehadiran kelompok transmigran dari berbagai wilayah, seperti Flores, Bali, dan Jawa, turut memperkaya keragaman budaya di Desa Wawo Indah. Sebagai bagian dari program transmigrasi yang dimulai sejak 1992, mereka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Wawonii. Harmoni ini semakin mempertegas identitas Wawonii sebagai pulau yang ramah dan inklusif.
“Kami berterima kasih atas dukungan PT GKP dan semua pihak yang terlibat. Semoga hubungan baik ini terus terjalin di masa depan,” ujar Yustinus dengan penuh harap. Perayaan Natal ini bukan hanya menjadi momen religius, tetapi juga wujud nyata dari komitmen bersama untuk menjaga kerukunan di tengah keberagaman.
Dengan semangat Natal yang penuh cinta kasih, Wawonii menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan jembatan untuk saling memahami dan menghargai. Perayaan ini mengukuhkan bahwa harmoni adalah kunci menuju masyarakat yang damai dan sejahtera. (red)