Beirut — Hizbullah Lebanon meluncurkan serangan roket ke arah Israel, dengan sasaran kamp militer di wilayah tenggara Tel Aviv. Serangan ini memanaskan konflik kedua pihak yang telah lama berakar. Kelompok yang didukung Iran tersebut menyatakan serangan ditujukan ke kamp pelatihan unit khusus Israel, menggunakan roket canggih yang diluncurkan dari Lebanon selatan.
Dalam pernyataan yang disampaikan Kamis (31/10/2024) waktu setempat, Hizbullah menyebutkan bahwa serangan tersebut adalah bentuk peringatan terhadap upaya militer Israel yang mereka anggap telah mengancam integritas Lebanon. Pemimpin baru Hizbullah, Naim Qassem, sebelumnya telah memperingatkan Israel agar segera menarik mundur pasukan dari wilayah Lebanon.
“Kami siap menghadapi konflik yang panjang dan menanggung konsekuensinya. Keluar dari tanah kami jika ingin menghindari kerugian yang lebih besar,” ujar Qassem dalam rekaman pidato yang dirilis beberapa jam sebelum serangan. “Jika pasukan Anda tetap bertahan, Anda akan membayar harga yang jauh lebih tinggi dari yang pernah Anda bayangkan,” lanjutnya tegas.
Peringatan Qassem, yang dikenal lantang dan anti-Israel, tampak menandakan arah baru dalam strategi Hizbullah di bawah kepemimpinannya. Diketahui, Qassem telah berulang kali menyampaikan bahwa Hizbullah siap untuk menempuh perlawanan dalam jangka waktu yang panjang.
“Perlawanan ini bisa berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan jika diperlukan,” tambahnya. Pernyataan tersebut disampaikan dalam suasana yang semakin memanas antara Israel dan kelompok bersenjata di perbatasan Lebanon-Israel, terutama setelah peningkatan aktivitas militer di wilayah tersebut beberapa bulan terakhir.
Serangan ini menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah, di tengah upaya beberapa negara untuk meredakan konflik. Israel sendiri hingga saat ini belum memberikan pernyataan resmi terkait serangan tersebut. Namun, sumber-sumber militer menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara Israel telah diaktifkan untuk mengantisipasi eskalasi lanjutan.
Dalam beberapa waktu terakhir, Hizbullah terus memperkuat posisi di perbatasan Lebanon-Israel dan meningkatkan kapasitas militer sebagai upaya “pertahanan tanah air,” menurut klaim mereka. Pertemuan-pertemuan diplomatik antara negara-negara sekutu di kawasan juga terus berlanjut, seolah mempersiapkan kemungkinan konflik berkepanjangan.
Situasi yang memanas ini membawa kekhawatiran baru di wilayah Timur Tengah, yang seakan tidak pernah lepas dari sengketa antarnegara dan kelompok bersenjata. Sementara itu, publik internasional menanti tanggapan Israel atas ancaman dan peringatan yang dikeluarkan Qassem, yang oleh beberapa analis dilihat sebagai ancaman nyata terhadap stabilitas kawasan. (red)