TEHERAN – Sejumlah kelompok garis keras di Iran mengeluarkan peringatan tegas bahwa kepentingan Amerika Serikat (AS) bisa menjadi sasaran bagi pasukan Republik Islam, jika Israel melanjutkan serangannya terhadap Iran. Mereka menegaskan bahwa Iran harus mempertimbangkan “kepentingan, sumber daya, dan personel militer” sebagai target yang sah dalam menghadapi agresi.
Dalam wawancara dengan situs konservatif Nameh News, Foad Izadi, seorang komentator garis keras yang sering tampil di media pemerintah Iran, menyatakan, “Serangan tidak akan berhenti kecuali Amerika Serikat menyadari bahwa agresi terhadap Iran dapat berdampak negatif.” Izadi menambahkan, “Kami memiliki kewenangan untuk memutuskan cara menghadapi Israel dan Amerika Serikat.” Ia menekankan bahwa AS, sebagai musuh utama Iran, beroperasi tanpa batasan etika, dan peringatan tersebut ditujukan agar AS memahami bahwa kelanjutan serangan Israel akan merugikan kepentingan mereka.
Izadi juga menyampaikan serangan Israel yang baru-baru ini menargetkan berbagai lokasi militer di seluruh Iran, termasuk Teheran, Shiraz, dan Ahvaz. “Apa pun yang dilakukan, Israel dan Amerika Serikat melakukannya secara bersamaan, meskipun AS enggan mengakui tanggung jawab atas serangan tersebut,” ujarnya. Ia menegaskan, untuk menghindari eskalasi, AS sebaiknya tidak mengirim senjata dan peralatan militer ke Israel.
Sementara itu, Hossein Shariatmadari, editor harian Kayhan yang dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, menulis komentar tajam setelah serangan tersebut. Ia mengingatkan, “Kami melihat bagaimana Anda menyerang kami dengan rudal. Bersiaplah untuk membalas kami.” Shariatmadari menyebutkan bahwa AS adalah musuh sejati Iran dan memperingatkan bahwa respons Iran akan “jauh lebih berat dan lebih keras daripada yang mereka bayangkan.” Ia menegaskan bahwa dalam menanggapi Israel, Iran akan mempertimbangkan kepentingan, aset, dan personel militer AS sebagai target yang sah.
Di sisi lain, Ketua Majelis Mohammad Bagher Ghalibaf menegaskan, “Iran pasti akan membalas agresi rezim Zionis.” Penasihat senior politik Khamenei, Ali Akbar Velayati, meremehkan serangan Israel sebagai “keributan yang tidak berarti,” menekankan bahwa Iran tidak pernah memulai perang dan merupakan kekuatan internasional yang diakui. Ia menambahkan bahwa Israel terlalu tidak signifikan untuk dilawan.
Dengan meningkatnya ketegangan ini, situasi di kawasan menjadi semakin kompleks, menandakan bahwa konflik antara Iran, AS, dan Israel mungkin akan terus berlanjut, menimbulkan kekhawatiran akan berdampak lebih luas bagi stabilitas regional. (red)