SULTRA PERDETIK, – Sebuah insiden pelecehan verbal terjadi di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, yang juga dikenal sebagai gedung lama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seorang pegawai KPK diduga terlibat dalam insiden tersebut yang menyebabkan sejumlah jurnalis perempuan merasa dilecehkan.
Peristiwa terjadi ketika Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, dimintai keterangan oleh jurnalis yang tengah meliput agenda penting. Saat melakukan doorstop, yaitu membagikan pernyataan kepada wartawan di tengah kerumunan, Yasin Limpo berjalan menuju mobil yang terparkir sekitar 10 meter dari lobi gedung.
Dalam keadaan tersebut, seorang pegawai KPK yang diduga dari bagian keamanan melontarkan komentar yang merendahkan jurnalis perempuan. “Kalau ini cewek semua enak e,” ujarnya di hadapan para jurnalis yang sedang berdesak-desakan.
Komentar tersebut langsung menyinggung perasaan jurnalis perempuan yang merasa dihina dan dilecehkan. Salah satu wartawati dengan tegas menegur pegawai KPK tersebut dan menyebut pernyataannya sebagai pelecehan.
Pada saat Menteri Pertanian meninggalkan gedung KPK, sejumlah jurnalis yang marah meluapkan kekecewaan mereka terhadap pegawai KPK yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Teguran keras dilontarkan, dan suasana sempat memanas, bahkan hampir berujung pada keributan.
Para jurnalis yang merasa tidak terima segera melaporkan insiden ini kepada pihak KPK. Ali Fikri, Kepala Bagian Pemberitaan KPK, menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut. “Pada prinsipnya kami meminta maaf kepada teman-teman kalau kemudian ada kejadian di luar yang tidak dimungkinkan,” kata Ali.
Selanjutnya, KPK berkomitmen untuk mengadakan pertemuan dengan para jurnalis yang terlibat dalam insiden ini, serta memanggil pegawai KPK yang terlibat dalam pelecehan verbal tersebut. Pihak KPK berjanji akan menyelesaikan kasus ini dengan segera dan mengambil tindakan yang sesuai terhadap pegawai yang terlibat.
Pelecehan verbal yang terjadi dalam konteks pekerjaan adalah serius dan tidak dapat diterima. Kasus ini mencerminkan perlunya kesadaran dan penghormatan terhadap martabat dan hak-hak individu, terutama dalam hubungan antara institusi pemerintahan dan media. Sikap tegas perlu diambil untuk memastikan bahwa insiden semacam ini tidak terulang di masa depan, dan agar jurnalis dapat menjalankan tugas mereka tanpa takut akan pelecehan atau diskriminasi. (red)