KENDARI – Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara mengambil langkah proaktif dalam memastikan ketersediaan pangan selama Ramadan. Kapolda Sultra Irjen Pol Dwi Irianto meninjau langsung Gudang Bulog Sultra pada Selasa (4/3), didampingi Wakapolda Sultra Brigjen Pol Amur Chandra Juli Buana, Dirreskrimsus Polda Sultra KBP Bambang Wijanarko, serta Dirlantas Polda Sultra Kombes Pol Rio Tangkari.
Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan distribusi beras tetap berjalan lancar di tengah ketidakstabilan harga pangan nasional.
Kepala Kanwil Bulog Sultra, Siti Mardati Saing, dalam kesempatan itu menjelaskan bahwa Bulog Sultra memiliki stok beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga enam bulan ke depan.
Saat ini, sekitar 19.000 ton beras tersedia dan siap didistribusikan, termasuk minyak goreng yang juga menjadi bagian dari cadangan pangan.
Bulan Ramadan menjadi periode krusial dalam ketersediaan pangan. Peningkatan permintaan kerap memicu lonjakan harga, sehingga pengawasan menjadi langkah penting. Kapolda Sultra menegaskan bahwa pihaknya siap membantu Bulog dan pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas distribusi.
“Kami ingin memastikan tidak ada hambatan dalam distribusi. Apabila Bulog membutuhkan bantuan pengawasan dari Polri maupun pemerintah daerah, kami siap mendukung. Ini adalah program pemerintah yang harus benar-benar kita jalankan,” ujar Dwi Irianto.
Selain itu, Kapolda juga menyoroti potensi praktik spekulasi harga oleh oknum tengkulak. Ia menegaskan bahwa kepolisian akan menindak tegas pihak-pihak yang mencoba membeli beras di bawah harga yang telah ditetapkan pemerintah.
“Jika ada tengkulak membeli di bawah harga Rp6.500 per kilogram, kami akan memproses dan memanggil mereka. Dirreskrimsus sudah saya perintahkan untuk mengawasi dan menindak jika ada pelanggaran,” tambahnya.
Siti Mardati menjelaskan bahwa hingga saat ini Bulog telah menyerap sekitar 8.000 ton gabah melalui mitra penggilingan. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kenaikan harga beras di pasar yang kini mencapai Rp14.000 per kilogram untuk beras medium.
Hal ini menyebabkan banyak penggilingan lebih memilih menjual ke pasar daripada ke Bulog.
“Kami terus berupaya menyerap gabah dengan harga Rp6.500 per kilogram, tetapi kondisi di lapangan menunjukkan bahwa harga beras di pasar lebih tinggi. Ini yang membuat penyerapan Bulog menjadi terhambat,” ungkapnya.
Saat ini, satu-satunya daerah yang memasuki musim panen adalah Bombana, dengan puncaknya pada April hingga Mei.
Bulog menargetkan penyerapan gabah sebanyak 47.115 ton hingga April, meskipun realisasi target ini masih bergantung pada kesiapan petani untuk menjual gabah ke Bulog dan kesiapan mitra penggilingan dalam mengolahnya menjadi beras.
Dengan adanya pengawasan dari pihak kepolisian, diharapkan distribusi beras di Sulawesi Tenggara tetap berjalan lancar selama Ramadan, serta mencegah praktik spekulasi harga yang dapat merugikan masyarakat. (red)