KOLAKA UTARA, – Peringatan Hari Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) di Kolaka Utara (Kolut) pada Minggu (1/12) pagi mencuri perhatian publik. Sebuah video viral yang beredar menunjukkan sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) sedang berjoget di pelataran Masjid Agung Lasusua, diiringi musik dan dipandu oleh seorang instruktur senam. Aksi tersebut menjadi kontroversial, memicu perdebatan di kalangan masyarakat.
Bagi sebagian orang, lokasi kegiatan yang berada di pelataran masjid dianggap tidak tepat secara etika, mengingat keberadaan masjid sebagai tempat ibadah. Namun, ada juga pihak yang membela, beralasan bahwa kegiatan tersebut dilakukan bukan pada saat jam shalat sehingga tidak mengganggu fungsi masjid.
Ketua Korpri Kolut, Mukhlis Bahtiar, merespons perdebatan tersebut dengan menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang memicu kontroversi. Dalam klarifikasinya, ia menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan senam untuk meningkatkan kesehatan, yang menurutnya wajar dilakukan. Namun, ia juga mengakui bahwa campuran antara laki-laki dan perempuan dalam acara tersebut secara etika kurang tepat, dan ia mengusulkan agar kedepannya kegiatan serupa lebih memperhatikan pemisahan antara peserta pria dan wanita.
“Ke depan, mungkin senam ini bisa dipisahkan. Perempuan di dalam gedung, laki-laki di luar gedung. Hal ini demi menjaga etika dan kenyamanan bersama,” ujar Mukhlis.
Ia juga mengusulkan agar materi senam yang dipilih lebih sesuai dengan suasana sekitar, terutama jika kegiatan dilakukan di area masjid. Mukhlis menegaskan bahwa apabila acara tersebut bertajuk “berjoget,” ia pasti akan menjadi orang pertama yang menghentikan acara tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Mukhlis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kritik, baik yang membela maupun yang memberi pencerahan. Ia berharap, kritik tersebut dapat membawa berkah bagi semua pihak dan meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan bermasyarakat.
Kontroversi ini mencerminkan bagaimana perbedaan pandangan dalam masyarakat dapat berpengaruh pada cara kita melihat kegiatan yang dianggap biasa, namun memiliki dampak yang cukup besar ketika dikaitkan dengan nilai-nilai etika dan agama. (red)