Kendari — Di tengah kemajuan zaman, pelestarian budaya menjadi tantangan tersendiri. Namun, di Sulawesi Tenggara, sebuah langkah nyata diambil untuk melestarikan salah satu warisan budaya yang sangat berharga: tenun. Dalam kegiatan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Sultra di The Park Kendari, Penjabat Gubernur Sultra, Komjen Pol (P) Dr. (H.C) Andap Budhi Revianto, S.I.K., M.H., hadir untuk menunjukkan dukungannya terhadap inisiatif ini.
Dengan semangat yang menggebu, Andap mengawali acara yang memadukan pameran hasil karya siswa SMK dan Job Fair yang diikuti oleh 22 perusahaan. Pameran tenun menampilkan beragam motif dan teknik, mencerminkan keindahan serta keunikan budaya lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang. “Tenun bukan sekadar kain, tetapi bagian dari identitas kita,” ungkapnya saat membuka acara.
Yusmin, salah satu penggerak acara ini, menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan tenun, tetapi juga untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya keterampilan ini. “Jika anak-anak kita tidak belajar menenun, warisan ini akan hilang,” tegasnya, menggarisbawahi pentingnya keterlibatan anak muda dalam menjaga tradisi yang kaya ini.
Acara ini menjadi lebih berarti dengan pengumuman penghargaan nasional yang diterima oleh Sultra dalam bidang pelestarian budaya, yang meningkat dari satu menjadi sembilan penghargaan. Hal ini menunjukkan komitmen daerah untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada. “Ini adalah pengakuan atas usaha kita bersama,” kata Andap, bangga akan prestasi yang diraih.
Seiring dengan pemukulan gong sebagai tanda dimulainya kegiatan, suasana di The Park Kendari dipenuhi semangat kolaborasi antara masyarakat, pelaku UMKM, dan generasi muda. Para pelajar dan guru juga antusias, menyaksikan karya-karya mereka dipamerkan di hadapan publik. Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bakat mereka dan memberi warna baru pada upaya pelestarian budaya.
Pj. Gubernur tidak hanya menyoroti tenun, tetapi juga menekankan perlunya revitalisasi bahasa daerah yang terancam punah. “Kita harus melestarikan tidak hanya kain tenun, tetapi juga bahasa dan tradisi kita agar tidak hanya menjadi kenangan,” ujarnya dengan tegas. Melalui pernyataan ini, terlihat jelas komitmen Andap untuk menjaga tidak hanya aspek fisik budaya, tetapi juga nilai-nilai yang menyertainya.
Kegiatan ini adalah contoh nyata bagaimana budaya dapat dipertahankan melalui kolaborasi dan komitmen bersama. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, diharapkan tenun sebagai warisan budaya Sulawesi Tenggara tidak hanya akan terus hidup, tetapi juga berkembang menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
Di tengah pesatnya arus globalisasi, upaya pelestarian tenun di Sultra menunjukkan bahwa identitas budaya tetap relevan dan berharga. Melalui kegiatan seperti ini, masyarakat diajak untuk kembali merangkul dan menghargai kekayaan budaya yang ada, membangun masa depan yang lebih cerah dengan fondasi kearifan lokal yang kuat. (red)