Jakarta – Masyarakat Indonesia tentu tak asing lagi dengan tokek. Hewan melata yang mana digunakan punya pernyataan khas ini memang banyak ditemukan dalam tempat Indonesia ataupun negara tropis lainnya.
Maka itu, saat orang Eropa datang ke Indonesia, tokek menjadi hewan yang mana dimaksud asing. Sebab, dia tak pernah menemukannya selama hidup di tempat dalam Benua Biru. Atas dasar inilah, keberadaan tokek memberi pengalaman membekas ketika dia berkunjung ke Indonesia.
Seturut penelusuran Achmad Sunjayadi bertajuk “The Sound of the Tokkeh and the Tjitjak” (April, 2023), banyak wisatawan Eropa dalam area masa kolonial Belanda menaruh perhatian tambahan terhadap tokek. Tokek, yang mana dimaksud biasa dijumpai pada siang atau malam hari saat sedang bersantai dalam hotel atau kamar, sukses menyebabkan merekan kaget.
Pasalnya, waktu bersantai yang tersebut mana seharusnya tenang, tiba-tiba terusik oleh pendapat “tokekk! tokek!”. Praktis merek mencari tahu asal-usul pernyataan juga menemukan bahwa itu adalah hewan yang dimaksud yang disebut dalam bahasa Inggris disebut Gekko.
Meski sukses menyebabkan kaget, dia punya impresi berbeda. Alih-alih mengusir, mayoritas orang Eropa justru takjub atas pengumuman yang hal itu dikeluarkan tokek. Salah satunya disampaikan oleh orang Eropa bernama Justus van Maurik (1846-1904).
Dalam catatan perjalanannya, dia yang mana mana sedang jalan-jalan di dalam area Indonesia sering mendengar ucapan tokek di tempat area malam hari. Salah satu lokasi yang digunakan hal itu paling syahdu adalah ketika tinggal dalam area Priangan, Jawa Barat.
Suara tokek selalu menemaninya di dalam tempat saat sendirian pada malam hari. Dalam suasana sangat sunyi, ketika pohon serta rumput saling berlambai-lambai di tempat tempat hadapan gunung yang tersebut digunakan terang akibat disinari cahaya bulan, pada situlah kata-kata tokek muncul. Suara itu muncul saling bersautan dengan kata-kata jangkrik. Keduanya berhasil membentuk melodi khas bak konser orkestra.
Kenikmatan ini bukan cuma dirasakan Maurik, tetapi juga wisawatan lain bernama Elout yang tersebut digunakan datang ke Indonesia dalam area tahun 1936. Ketika itu dalam malam hari, Elout sempat merasa dia sedang diikuti oleh makhluk misterius. Makhluk itu tak terlihat serta tak terdengar. Dia takut sekali.
Hingga akhirnya, ketakutan itu sirna saat makhluk itu mengeluarkan bunyi lantang yang digunakan menggetarkan gendang telinga. Ternyata itu makhluk lalu bunyi itu berasal dari tokek kemudian cicak. Elout pun dapat lega. Dia yang tersebut semula takut perlahan merasa takjub. Rasa takut kemudian berubah menjadi kagum yang tersebut dimaksud sanggup memecah kesepian di dalam dalam malam hari.
“Suaranya terdengar bak vokalis sedih yang dimaksud mana memecahkan misteri malam di tempat dalam Indonesia yang digunakan hal tersebut hening,” tulis Elout, dikutip Sunjayadi.
Menurut Sunjayadi, kehadiran kata-kata tokek serta cicak saat didengar oleh Maurik dan Elout sangat dianggap menghibur. Suara dia disambut baik pendatang serta menjadi bagian dari kenangan saat berkunjung ke Indonesia.
Sumber: CNBCIndonesia