Jakarta – Bangsa Yahudi hidup terpencar ke seluruh dunia. Di tempat baru merekan itu akan bekerja untuk mencari peruntungan. Salah satu tempat itu adalah Indonesia. Catatan sejarah sudah menunjukkan bahwa ada banyak orang Yahudi hidup lalu juga mengais rezeki pada Indonesia, salah satunya adalah Leendert Miero.
Leendert Miero memiliki nama asli Jehoeve Leip Benjegiehel Snijder. Dia adalah orang Yahudi dari wilayah Rusia yang tiba di Hindia Belanda pada tahun 1775. Kedatangannya dalam Hindia Belanda untuk menjalani tugas sebagai tentara VOC.
Selama bertahun-tahun bertugas, keseharian Miero hanya menjaga keamanan. Tak lebih banyak besar dari itu. Namun, pada suatu hari pada dalam tahun 1778, Miero yang sedang bertugas melakukan kesalahan fatal. Kesalahan itu terjadi lantaran dia, yang digunakan mana ditugasi menjaga rumah besar nan mewah milik pejabat VOC bernama Reiner de Klerk, malah tertidur pulas.
Tak terima tentaranya melakukan kesalahan, Reiner marah kemudian memukuli Meiro sebanyak 50 kali. Akibatnya, Meiro pun mengerang kesakitan. Di keadaan seperti inilah, dia lantas mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya:
“Demi nenek moyang Abraham, Ishak dan Yakub, suatu hari saya calon beli seluruh rumah lalu tanah ini!”
Sebagaimana dipaparkan Herald van de Linde dalam Jakarta: History of Misunderstood City (2020), untuk mengejar sumpahnya itu dia pun langsung mengundurkan diri sebagai tentara kemudian beralih profesi sebagai pengusaha. Sebab, profesi ini jadi satu-satunya cara terbaik untuk meraih kekayaan.
Sejak itu, dia lantas berdagang emas serta juga membuka lapak di dalam tempat dekat Glodok. Selain itu, dia juga sempat menjadi rentenir. Layaknya orang Yahudi lain, dia juga punya tekad kuat untuk mencapai mimpinya. Tak peduli apapun rintangannya, dia tetap bekerja. Sampai akhirnya, dia pun menjadi kaya raya.
Menurut Adolf Heuken dalam Tempat-tempat Bersejarah dalam Jakarta (2016) keberhasilan mempunyai banyak uang menciptakan Meiro mampu membeli apa yang digunakan diinginkan. Dari mulai toko, tanah, rumah-rumah, termasuk rumah yang tersebut mana disebut dalam sumpahnya itu.
Ketika Meiro sudah sukses, si majikan yang dimaksud digunakan memukulinya sudah wafat. Hanya ada istrinya saja. Alhasil, tanpa basa-basi Meiro pun segera balas dendam. Dia membeli seluruh rumah milik bekas majikannya pada 1818 serta memulai hidup sebagai crazy rich Batavia.
“Saat menguasai rumah tersebut, Meiro kerap mengadakan pesta besar tepat dalam hari dia menerima cambuk sebagai perayaan peringatan,” tulis Herald van de Linde.
Belakangan, selain miliki rumah itu, pria kelahiran 22 April 1755 ini juga miliki rumah serta tanah super luas berlokasi 25 km pada selatan Batavia, milik pejabat Belanda. Di tanah itu dia memiliki rumah super besar yang sering disebut orang-orang sebagai ‘Pondok Gede’.
Orang-orang lantas mengenal dia sebagai juragan tanah. Perjalanan hidup Meiro harus berakhir pada 10 Mei 1834. Seluruh hartanya lantas dipegang oleh anak-anaknya. Kini, tanah lalu rumah yang mana dulu ditempati oleh Meiro berubah menjadi kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.
Sumber:CNBCIndonesia