Daerah

Protes Kelangkaan Minyak Tanah Berakhir Tragis, Warga Dipukul Kadis

517
×

Protes Kelangkaan Minyak Tanah Berakhir Tragis, Warga Dipukul Kadis

Sebarkan artikel ini

Halmahera Barat – Pemukulan terhadap warga oleh Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Kadisperindagkop) Halmahera Barat, Maluku Utara, Demisiis O Baku, memantik kemarahan publik.

Kejadian ini berlangsung pada Rabu (8/1/2025) di depan Kantor Disperindagkop di Desa Hatebicara, Kecamatan Jailolo.

Peristiwa bermula ketika seorang warga bernama Hardi datang untuk menyampaikan aspirasinya terkait kelangkaan minyak tanah yang kerap terjadi di wilayah tersebut.

Hardi mengungkapkan bahwa kelangkaan itu telah memicu kenaikan harga minyak tanah hingga mencapai Rp9.000–Rp10.000 per liter, jauh di atas harga normal.

“Saya datang sendiri untuk menyampaikan aspirasi menggunakan megafon dan menempelkan spanduk berisi keluhan saya. Namun, spanduk itu dicopot oleh salah seorang staf atas perintah Kadis,” ujar Hardi saat diwawancarai.

Aksi pelepasan spanduk oleh staf Disperindagkop memicu perselisihan. Situasi memanas ketika Hardi mencoba menghadang staf yang ingin mencopot spanduknya.

Di tengah ketegangan, Demisiis disebut melakukan tindakan pemukulan terhadap Hardi.

Video berdurasi satu menit yang merekam insiden itu kini viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat Demisiis melayangkan pukulan kepada Hardi, memancing reaksi keras dari warganet yang mengecam tindakan seorang pejabat publik yang dinilai tidak pantas.

Setelah insiden tersebut, Hardi langsung melaporkan tindakan pemukulan itu ke Polres Halmahera Barat.

“Saya dipukul oleh Kadis dan stafnya saat mencoba mempertahankan spanduk yang saya pasang. Saya tidak pernah berniat membuat keributan, hanya ingin suara saya didengar,” tegas Hardi.

Sementara itu, pihak Disperindagkop belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini. Demisiis O Baku juga belum merespons permintaan konfirmasi dari sejumlah media.

Kasus ini menjadi puncak kekesalan warga terhadap kelangkaan minyak tanah yang kerap terjadi di Halmahera Barat.

Kondisi tersebut tidak hanya menyulitkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga membuka ruang bagi spekulan untuk menjual minyak tanah dengan harga tinggi.

“Ini bukan pertama kalinya minyak tanah langka. Warga terpaksa membeli dengan harga mahal. Kami butuh solusi, bukan kekerasan,” ungkap salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.

Insiden pemukulan ini menjadi sorotan tajam terhadap kinerja pemerintah daerah dalam menangani permasalahan kebutuhan pokok masyarakat.

Polisi diharapkan segera memproses laporan Hardi untuk memastikan keadilan ditegakkan.

Tindakan seorang pejabat publik semestinya mencerminkan sikap melayani, bukan sebaliknya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!