Sukses Menekan Inflasi, Pemprov Sultra Diapresiasi, Ini Strategi Andap Budhi Revianto Mewujudkannya

KENDARI, – Sulawesi Tenggara mencatatkan prestasi besar di bidang ekonomi. Di tengah gejolak harga pangan dan tantangan distribusi, provinsi ini berhasil menekan inflasi hingga titik terendah ketiga secara nasional pada September 2024.

Di balik pencapaian tersebut, ada langkah-langkah cermat dan kolaboratif yang dipimpin oleh Penjabat (Pj.) Gubernur Sulawesi Tenggara, Andap Budhi Revianto.

Ketika data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dirilis pada awal Oktober, inflasi tahunan Sulawesi Tenggara (Sultra) tercatat hanya 1,06 persen (year-on-year/yoy).

Bacaan Lainnya

Angka ini tidak hanya menempatkan Sultra di bawah target inflasi nasional sebesar 2,5 persen, tetapi juga menjadikannya provinsi dengan inflasi terendah di Sulawesi. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di balik angka-angka tersebut? Bagaimana Sultra berhasil mengendalikan harga saat banyak daerah lain kesulitan?

Memahami Tantangan: Lebih dari Sekadar Angka

Inflasi bukan sekadar statistik ekonomi. Bagi masyarakat, inflasi adalah kenyataan hidup sehari-hari yang terasa langsung melalui harga bahan pokok di pasar.

Ketika harga cabai melonjak, ketika biaya beras meningkat, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pedagang, tetapi juga oleh rumah tangga kecil yang harus mengatur ulang pengeluaran harian mereka. Di sinilah letak tantangan utama pemerintah daerah, memastikan kestabilan harga tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Pj. Gubernur Andap, menjaga inflasi tetap rendah bukanlah tugas yang sederhana. “Penurunan ini adalah buah dari kerja keras semua pihak, terutama dalam menjaga kestabilan harga di lapangan dan memastikan distribusi berjalan lancar,” ujarnya, Selasa 1 Oktober 2024.

Diaa mengakui bahwa fluktuasi harga tetap perlu diwaspadai, terutama karena permintaan pasar yang terus meningkat.

Namun, yang membuat pencapaian ini istimewa adalah bagaimana Pemprov Sultra mampu meredam inflasi saat berbagai daerah lain di Indonesia masih bergulat dengan lonjakan harga.

Di beberapa kabupaten, angka inflasi bahkan lebih rendah lagi. Konawe, misalnya, mencatat inflasi tahunan hanya 0,43 persen—angka yang jarang terlihat dalam situasi ekonomi seperti ini.

Langkah-Langkah Cermat di Balik Pencapaian

Salah satu faktor kunci keberhasilan Pemprov Sultra adalah pengelolaan komoditas strategis. Berdasarkan data BPS, penurunan inflasi pada September dipicu oleh deflasi bulanan sebesar -0,20 persen (month-to-month/mtm).

Beberapa komoditas seperti cabai rawit, terong, ikan layang, dan bayam menunjukkan penurunan harga signifikan, yang kemudian meredam lonjakan inflasi tahunan.

Namun, menjaga harga pangan tetap stabil bukan hanya soal menekan harga di pasar, melainkan juga memastikan distribusi berjalan tanpa hambatan. Sultra memiliki tantangan geografis yang unik—terdiri dari pulau-pulau yang saling terpisah, membuat rantai distribusi bahan pokok menjadi rentan terhadap gangguan.

Oleh karena itu, Pemprov bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), untuk memastikan bahan pokok tetap tersedia di pasar dan harga tidak melonjak di luar kendali.

Selain itu, kolaborasi lintas sektor juga berperan besar. “Kami tidak bisa bergerak sendiri,” kata Andap. “Kolaborasi dengan sektor swasta, pemerintah kabupaten/kota, serta masyarakat menjadi kunci keberhasilan ini.” Ia juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di tingkat lokal.

Dampak Jangka Panjang

Meskipun pencapaian ini patut diapresiasi, Andap menyadari bahwa tantangan ke depan masih ada, terutama menjelang akhir tahun di mana permintaan biasanya meningkat. “Lonjakan permintaan saat liburan akhir tahun bisa berdampak pada harga bahan pokok.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus memantau pergerakan harga dan menjaga distribusi tetap lancar,” ungkapnya.

Namun, dengan strategi yang telah terbukti berhasil, Sultra memiliki modal kuat untuk menghadapi tantangan ke depan.

Upaya menekan inflasi yang dilakukan oleh Pemprov Sultra tidak hanya berdampak pada angka statistik, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat yang kini merasakan stabilitas harga bahan pokok di pasar.

Kesuksesan ini bisa menjadi model bagi provinsi-provinsi lain di Indonesia yang ingin menekan inflasi tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat.

Andap Budhi Revianto, dengan kepemimpinannya yang tegas namun kolaboratif, telah menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang matang dan kerjasama lintas sektor, tantangan ekonomi yang kompleks dapat diatasi.

Seiring dengan datangnya tantangan baru, masyarakat Sultra kini dapat berharap bahwa stabilitas harga yang telah diraih bisa terus dijaga, bahkan lebih ditingkatkan di masa depan. (Bombom)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *