KENDARI – Seorang guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, berinisial MS (53), nyaris menjadi sasaran amukan orangtua murid pada Kamis (9/1/2025).
Guru yang baru diangkat sebagai ASN PPPK sekitar 1,5 tahun lalu ini diduga melakukan pelecehan terhadap seorang murid berinisial ON (11), yang juga merupakan anak didiknya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, insiden tersebut terjadi di ruang kelas.
MS, yang juga wali kelas korban, tidak mengizinkan ON keluar untuk berbaris bersama siswa lain dengan alasan sakit, meskipun ada siswa lain yang juga sakit tetapi diizinkan keluar. Di dalam kelas, pelaku diduga mencium korban.
“Padahal ada teman yang juga sakit, tapi hanya dia yang tidak diizinkan keluar. Setelah itu, dia menelepon mamanya minta dijemput,” jelas SS, ayah korban, dikutip dari TribunnewsSultra.com.
Menurut pengakuan ON, kejadian serupa sudah pernah terjadi sebelumnya. Sekitar sebulan lalu, MS kerap mencium kening korban.
“Gurunya sering cium-cium jidatnya,” ungkap SS. Selain itu, pelaku juga sering memberikan uang kepada korban sebagai upaya mendekati korban.
“Dia sering bilang sebelumnya sering diberi uang dan dicium-cium,” tambah SS.
Kejadian ini membuat keluarga korban curiga terhadap perilaku MS, yang dianggap leluasa karena menganggap keluarga korban tidak memiliki pengaruh.
“Mungkin dia pikir, ini anak dari keluarga yang tidak berpengaruh,” ujar SS.
Akibat insiden ini, korban mengalami trauma berat dan enggan kembali ke sekolah.
“Kemarin dia sudah tidak mau masuk sekolah, dan beberapa hari sebelumnya juga sudah merasa trauma,” ujar SS dengan nada penuh kesedihan.
Saat ini, pelaku dan korban berada di Polresta Kendari untuk proses lebih lanjut.
Korban didampingi keluarganya untuk pemeriksaan, sementara pelaku dalam proses interogasi oleh pihak kepolisian.
Orangtua korban mendesak agar pelaku segera diproses secara hukum.
“Kami serahkan kasus ini kepada pihak kepolisian,” tegas SS.
Mereka juga meminta pihak sekolah bertanggung jawab dengan memberikan perlindungan kepada siswa lain dan memastikan lingkungan pendidikan tetap aman.
“Kami berharap tidak ada korban-korban lain,” tutup SS.
Kasus ini telah memicu perhatian publik, terutama mengenai keamanan anak-anak di lingkungan sekolah.
Pihak kepolisian hingga berita ini diturunkan masih melakukan pendalaman terhadap kasus tersebut. (Red)