MUNA, – Ekspansi Indomaret terus merambah pelosok, tak terkecuali di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Salah satu gerai terbaru kini berdiri di Desa Labone, Kecamatan Lasalepa. Namun, kehadiran ritel modern ini menuai kritik dari sejumlah pihak, terutama pedagang kecil yang menggantungkan hidup dari usaha warung tradisional.
Menteri Advokasi dan Pergerakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo (BEM FH UHO), Adam Tri Saputra, menyoroti dampak keberadaan Indomaret terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di desa itu. Menurutnya, toko waralaba yang didukung pemodal besar berpotensi menciptakan ketimpangan ekonomi.
“Eksistensi Indomaret di wilayah pedesaan yang mayoritas penduduknya adalah pedagang tradisional merupakan realitas yang kontradiktif. Ini bisa memperlebar jurang kesenjangan ekonomi,” kata Adam, Minggu, 2 Februari 2025.
Adam menilai, keberadaan Indomaret di Labone tak lepas dari peran pemerintah daerah. Ia mempertanyakan proses perizinan yang memungkinkan ritel modern berdiri di desa dengan struktur ekonomi berbasis usaha rakyat.
“Pendirian gerai seperti Indomaret pasti melewati proses administratif yang panjang. Pemerintah daerah dan DPRD Muna tentu punya andil di dalamnya,” ujarnya.
Adam juga menyoroti lokasi gerai yang berada tak jauh dari kawasan wisata Permandian Alam Topa, di mana banyak pedagang kecil berjualan. Ia khawatir perubahan pola belanja masyarakat akan berakibat pada menurunnya pendapatan pedagang lokal.
“Indomaret menjual barang dengan harga lebih murah dibandingkan warung tradisional. Konsumen tentu akan beralih, dan ini bisa berdampak buruk bagi ekonomi warga yang mengandalkan usaha kecil,” ujarnya.
Gerai Indomaret di Desa Labone dikabarkan akan diresmikan dalam waktu dekat. Adam berharap ada pengawasan ketat dari berbagai pihak terhadap keberlanjutan dampaknya.
“Apa boleh buat, gerai sudah berdiri. Sekarang tugas kita adalah mengawasi, apakah kehadirannya benar-benar membawa manfaat atau justru lebih banyak mudaratnya,” tutupnya. **